Nilai Diri Anda Tidak Dapat Diganti dengan Uang atau Apapun yang Anda Miliki
Pernahkan Anda memikirkan berapa nilai diri Anda yang sesungguhnya? Referensi yang paling cepat, barangkali, adalah penghasilan Anda. Anda bisa mengetahui gaji setiap bulan dari slip gaji Anda. Di sana tertera angka yang memberikan fakta bagaimana perusahaan menghargai kontribusi Anda.
Ukuran lain yang sering digunakan khalayak umum untuk mengukur harga diri adalah harta, jabatan, gelar, status sosial, atau popularitas. Bila Anda memiliki nomor pajak wajib pajak (NPWP), dan secara rutin Anda memberikan laporan pajak Anda, banyaknya harta Anda tertera pada laporan Anda.
Begitu juga jabatan. Jabatan yang tertera pada kartu nama Anda bisa memberikan informasi kepada orang lain tentang apa yang Anda kerjakan sehari-hari di kantor. Gelar bisa Anda raih. Bila Anda mempunyai minat dan modal untuk studi di perguruan tinggi, Anda bisa mendapat gelar.
Status sosial Anda bisa ditelusuri lewat informasi tentang berapa baik Anda dikenal di masyarakat.
Begitu juga dengan popularitas ataupun pengaruh Anda; itu bisa 'diukur' lewat survey-survey kecil atau random atau dianalisa melalui perkataan, tulisan atau tindakan Anda.
Sekalipun penghasilan, harta, jabatan, gelar, status sosial,
popularitas, atau pengaruh bisa memberi indikasi tentang nilai diri
seseorang, ukuran ini tidaklah mutlak. Ukuran-ukuran ini sementara sifatnya. Penghasilan ataupun
harta tidaklah abadi. Hari ini harta ada, besok bisa lenyap.
Perkataan kuno mengatakan, "Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya; tinggalkanlah niat seperti ini. Kalau engkau mengamat-amatinya lenyaplah ia karena ia tiba-tiba bersayap lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."
Begitu juga dengan jabatan. Hari ini Anda bisa memiliki jabatan, besok lusa jabatan Anda bisa diisi orang lain. Tahun ini Anda mendapat gelar, lima tahun kemudian, bila Anda tidak menekuni topik yang Anda pelajari, gelar itu sudah tidak lagi valid. Begitu juga status sosial, popularitas, dan pengaruh- semuanya bisa berubah.
Anda mungkin belum seberuntung orang lain. Anda telah melamar pekerjaan, tapi lamaran Anda belum dijawab. Anda sosok yang rajin di kantor dan memiliki hati nurani yang relatif bersih, tetapi Anda belum mendapatkan penghasilan yang 'baik.'
Pekerjaan Anda tidak kelihatan begitu bonafit. Anda sudah bekerja keras, tetapi penghasilan Anda tetap kurang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga Anda. Anda masih mencicil rumah atau baru bisa mengontrak rumah.
Anda tidak perlu risau, minder atau menganggap bahwa nilai diri Anda kurang berarti sekalipun kondisi Anda seperti salah satu yang saya sebut di atas. Penghasilan sekecil apapun, bila didapat dengan cara yang benar, itu jauh lebih baik dari pada penghasilan besar yang didapat dengan cara tidak benar.
Penghasilan besar, tapi dari hasil perampasan, penipuan, atau pemerasan, bukanlah penghasilan yang perlu Anda kagumi. "Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan," begitu pepatah kuno. Begitu juga harta yang didapat dengan cara tidak benar, gelar yang dibeli, dan popularitas semu- ini semua tidak ada artinya.
Namun, nilai diri Anda yang sesungguhnya tidak diukur dengan uang, harta, jabatan, status sosial, gelar atau popularitas. Sebanyak apapun penghasilan atau harta Anda, setinggi atau serendah apapun status sosial Anda, setinggi apapun gelar Anda, sehebat apapun popularitas Anda- ini tidak bisa menggantikan harga diri Anda yang sesungguhnya.
Martabat Anda yang sesungguhnya tak ternilai. Harga diri Anda takterhingga dan harga diri ini tidak diberikan oleh manusia atau malaikat, tetapi diberikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Ia menanamkan kekekalan dalam diri kita masing-masing.
Namun, ini tidak berarti Anda dan saya menjadi pasif- menerima diri kita apa adanya. Masih banyak potensi-potensi yang belum kita ketahui atau sadari dan yang belum terungkap. Kita mungkin belum menemukan diri kita yang sesungguhnya. Kita harus menggali nilai diri yang tersimpan dalam diri kita masing-masing.
Anda dan saya diberikan tugas untuk mengaktualisasikan potensi diri kita masing-masing. Kita harus mengasah dan mempertajam keahlian kita. Kita harus terus mencari identitas kita yang sesungguhnya.
Tentu, pencarian identitas diri tidak berarti bahwa pada akhirnya kita akan selalu sama dengan orang lain. Tidak ada jaminan bahwa Anda harus berpenghasilan belasan, puluhan atau ratusan juta per bulan.
Bila Anda sudah mengerjakan pekerjaan sesuai bakat Anda dengan sungguh-sungguh dan Anda mengikuti etika untuk manusia dan hukum alam, Anda sudah melakukan hal yang terbaik sekalipun penghasilan Anda kecil.
Tiap orang punya rezekinya masing-masing; tiap orang mendapat karunia masing-masing. Kita hanya perlu mengenal diri kita, mengaktualisasikan nilai diri kita, menemukan dan mengasah karunia dalam diri, dan setia menggunakannya. Dengan demikian, nilai diri yang tertanam dalam diri bisa dinyatakan dalam kehidupan yang singkat ini.
sumber : http://www.putra-putri-indonesia.com/nilai-diri.html
0 komentar:
Posting Komentar